
Screenshot unggahan status Facebook Irman Mbz.
Kota Bima, KabarNTB — Sebuah unggahan di media sosial yang ditulis oleh seorang bernama Idhar memantik perbincangan. Dalam tulisannya, Idhar menyatakan sikap penolakannya terhadap penyelenggaraan konser-konser musik di Kota Bima. Ia bahkan menyebut dirinya sebagai "Duta Tolak" yang aktivitasnya berfokus pada penolakan kedatangan artis nasional ke daerah tersebut.
Sikapnya yang terkesan kritis dan penuh arogansi itu direspons beragam. Seorang pengguna media sosial, Irman Mbz, menyarankan netizen untuk tidak ambil pusing. "Sikap Netizen nggak usah ambil pusing dan ambil hati, sebab dia bukan siapa-siapa," tulis Irman dalam suatu unggahan, menanggapi pernyataan Idhar.
Irman Mbz bahkan melangkah lebih jauh dengan menantang Idhar. "Saya tentang seorang Idhar dan jika dia berani saya transfer uang 2jt. Untuk menolak 'Orkes tunggal' di setiap wilayah yang ada di kota maupun kabupaten bima," tantangnya. Irman berargumen bahwa kehadiran "Orkes tunggal" justru menjadi momen dimana karakter orang Bima menunjukkan identitasnya. "Dan itu fakta dengan beberapa kejadian," tambahnya.
Konser Tetap Berlangsung, Tiket Terus Dijual
Di sisi lain, geliat industri hiburan di Bima tampaknya tidak terpengaruh oleh pernyataan kontroversial Idhar. Buktinya, sebuah event bertajuk "PSYIPHORIA 2025" telah dijadwalkan akan digelar di Lapangan Atletik Manggemaci, Kota Bima, pada November 2025.
Event yang diusung oleh Andrean Production ini menawarkan tiket kategori VIP seharga Rp 130.000. Poster promosi event tersebut telah beredar luas, menampilkan nama-nama artis seperti El Rumi, The Changcuters, Vierratale, Rony Parulian, dan KPOP Koplo Panturas. Konser ini menunjukkan bahwa minat dan pasar untuk hiburan semacam ini tetap kuat di masyarakat Bima.
Pernyataan Idhar sebagai "Duta Tolak" pun dianggap tidak merepresentasikan suara mayoritas. Banyak warganet yang justru menanti event-event hiburan seperti PSYIPHORIA 2025 sebagai bagian dari dinamika kehidupan sosial dan budaya masyarakat urban di Bima.
Kritik atau Pencarian Identitas?
Fenomena Idhar ini mengundang tanya: apakah ini bentuk kritik sosial yang disampaikan dengan cara yang keliru, atau sekadar strategi untuk mencari perhatian di ruang digital? Sejauh ini, Idhar tidak memberikan argumentasi yang mendetail dan berbasis data atas penolakannya.
Sementara itu, geliat event organizer seperti Andrean Production menunjukkan kepercayaan mereka pada pasar hiburan Lokal. Penolakan segelintir orang seperti Idhar, tampaknya, tidak cukup untuk menghentikan denyut nadi industri hiburan yang justru sedang tumbuh di Kota Bima.
Hingga berita ini diturunkan, tidak ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak yang mengaku sebagai Idhar. Polemik ini dianggap sebagian besar warganet hanya sebagai riak kecil di tengah gelombang antusiasme menyambut event-event hiburan di daerah.
(*)
.png)