![]() |
| Made Mira Charisma, ST., M.Eng., |
Kota Bima,-KabarNTB-Program ketahanan banjir perkotaan melalui National Urban Flood Resilience Program (NUFReP) resmi memasuki tahap kedua setelah pembangunan drainase primer sepanjang 14 kilometer di 12 kelurahan Kota Bima berhasil diselesaikan.
Kota Bima dikenal memiliki topografi perbukitan menyerupai mangkuk, sehingga aliran air hujan bergerak cepat menuju dataran rendah dan meningkatkan risiko banjir bandang ketika curah hujan tinggi. Kondisi tersebut diperparah oleh kapasitas drainase yang masih terbatas dan belum mampu menampung volume limpasan (runoff) dalam jumlah besar.
Selain faktor topografi, persoalan lingkungan turut memperbesar potensi banjir. Deforestasi mengurangi kemampuan tanah menyerap air, erosi lereng memicu sedimentasi sungai, sementara tumpukan sampah kerap menyumbat saluran air. Untuk mengatasi permasalahan ini, Pemerintah Kota Bima terus meningkatkan pengelolaan sampah melalui penambahan armada angkut, penyediaan kontainer, hingga penyesuaian jadwal pengangkutan.
Masuk Tahap Dua: Pembangunan Kolam Retensi
PPK Perencanaan dan Program Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara I, Made Mira Charisma, ST., M.Eng., menyampaikan bahwa pihaknya saat ini mempersiapkan pekerjaan tahap kedua NUFReP, yaitu pembangunan dua kolam retensi di Taman Ria dan Amahami.
Paket pekerjaan tersebut saat ini sedang dalam proses lelang untuk menentukan pihak ketiga sebagai pelaksana. Kolam retensi Amahami direncanakan dibangun di Kelurahan Dara dan terintegrasi dengan drainase primer Amahami. Fasilitas ini juga berfungsi menampung luapan air yang selama ini sering menggenangi ruas jalan di timur Terminal Dara.
“Melalui review desain, luas kolam retensi Amahami yang semula 0,561 hektare berkapasitas 14.125 meter kubik kini disesuaikan menjadi 1,6 hektare dengan kapasitas tampung 39.150 meter kubik,” jelas Mira dalam FGD Kolam Retensi di Aula Bappeda Kota Bima, Rabu (26/11).
Kolam Retensi Taman Ria Dioptimalkan
Kolam retensi Taman Ria berlokasi di hulu sistem drainase Monggonao–Pane–Salama. Area cekungan yang awalnya merupakan taman kota ini kini dioptimalkan menjadi infrastruktur pengendali banjir.
Berdasarkan review desain tahun 2024, kolam retensi tersebut memiliki luas 1,1 hektare dengan kapasitas penuh 37.616 meter kubik. Keberadaan kolam retensi Taman Ria diharapkan mampu mereduksi banjir di wilayah Pane–Salama pada kejadian hujan dengan kala ulang Q25 selama enam jam.
Apresiasi untuk Pemerintah Kota Bima
Pada kesempatan yang sama, Mira memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Bima yang telah mengalokasikan anggaran APBD 2026 untuk pembangunan dan penataan drainase sekunder, yang berada di luar kewenangan BBWS NT I.
“Saya sangat senang mendengar ini. Langkah tersebut juga menjadi harapan Bank Dunia. Terima kasih Pak Wali, Pak Wakil, dan jajaran Pemkot Bima. Saya punya mimpi semoga setelah ini selesai, Kota Bima terbebas dari ancaman banjir,” tutupnya.

