Screenshot unggahan status Facebook Ghen Rizqy.
Bima, KabarNTB — Kritik keras terhadap dunia hiburan lokal menggema di media sosial. Seorang pengguna Facebook bernama Ghen Rizqy Al melontarkan keprihatinan atas aksi panggung yang dinilainya tidak pantas di wilayah Kota Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Dalam beberapa unggahan berantai di akun pribadinya, Ghen menyoroti tindakan seorang biduan yang dianggap menampilkan aksi tak senonoh saat bernyanyi di atas panggung. Ia menilai peristiwa itu telah menyinggung nilai moral dan budaya masyarakat Bima yang menjunjung tinggi etika dan kesopanan.
“Kami sedang tidak bermain-main, Bapak Kapolres Bima Kota. Teriakan yang lebih kurang satu minggu yang lalu atas bahasa dan ucapan yang tidak sepantasnya diucapkan—apalagi mengatasnamakan tradisi atau kebiasaan—tidak bisa lagi dibiarkan,” tulis Ghen dalam salah satu unggahannya.
Dalam unggahan lain, Ghen menegaskan bahwa pihaknya bersama sejumlah warganet meminta Kapolres Bima Kota untuk mengambil langkah tegas terhadap kegiatan panggung hiburan yang dinilai kebablasan. Ia juga menyerukan agar panggung hiburan di wilayah Bima–Dompu untuk sementara waktu ditertibkan, sambil menekankan pentingnya pembinaan terhadap para penyanyi dan musisi lokal.
“Kami minta panggung hiburan untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bima–Dompu diambil alih sementara waktu oleh Kapolres Bima Kota. Makin hari makin tidak sopan cara mereka bernyanyi di tanah Bima ini,” tulisnya lagi.
Kritik terhadap Etika dan Pembiaran
![]() |
Laporan Pengaduan atas aktifitas orkes yang tidak senonoh |
Ghen juga menyoroti peran organisasi musisi daerah yang dianggap belum memberikan pembekalan memadai bagi para penyanyi agar memahami etika berpakaian, perilaku di atas panggung, serta batas-batas moral dalam hiburan publik.
“Apakah ketua musisi tidak ada pembekalan terhadap penyanyi biduan Bima–Dompu agar mereka paham mana pakaian yang pantas dipakai saat bernyanyi, dan bagaimana adab bernyanyi yang baik dan benar?” tulisnya.
Ia bahkan mengaitkan insiden itu dengan “efek pembiaran” yang menurutnya telah memunculkan fenomena serupa di media sosial. Dalam salah satu unggahan, ia menampilkan potongan video yang memperlihatkan aksi panggung biduan yang disebutnya “menggambarkan harga diri sebagai wanita hilang seketika.”
Reaksi dan Seruan Etika Hiburan
Unggahan tersebut menuai beragam tanggapan di kalangan warganet. Sebagian mendukung langkah Ghen yang dinilai berani menyuarakan keresahan moral publik, sementara sebagian lain menilai kritik tersebut sebaiknya disampaikan tanpa menyudutkan individu tertentu.
Fenomena hiburan lokal dengan muatan sensual memang kerap menjadi sorotan di sejumlah daerah. Di tengah derasnya arus media sosial, banyak pihak menilai perlu adanya standar etika baru bagi para pelaku seni hiburan agar tetap menghormati nilai-nilai sosial dan budaya lokal.
Catatan KabarNTB
Seruan Ghen Rizqy mencerminkan ketegangan klasik antara kebebasan berekspresi dan norma kesopanan di ruang publik. Di satu sisi, seniman berhak mengekspresikan diri. Namun di sisi lain, ruang sosial seperti Bima memiliki akar budaya yang kuat pada tata krama dan adab.
Perdebatan ini menjadi pengingat bahwa moral publik bukan sekadar soal larangan, melainkan tentang bagaimana masyarakat menegosiasikan nilai, budaya, dan kebebasan di era digital.
(*)