Indo Plastic Free Island dan ORARI Lokal Bima Edukasi Bahaya Sampah Plastik di Festival Sangiang Api 2025

Foto Utama
0 Foto
×
Foto1 Foto1 Foto1 Foto1 Foto1 Foto1

Amir saat berfoto bersama pengunjung Festival Sangiang Api 2025. Amir mengedukasi pengunjung tentang bahaya sampah plastik, Jumat (1/8).

Bima, KabarNTB – Festival Sangiang Api 2025 tak hanya menyuguhkan budaya dan pesona alam, tetapi juga menjadi wadah edukasi lingkungan. Indo Plastic Free Island bersama ORARI Lokal Bima turut ambil bagian dalam festival yang digelar di Pantai Bahari, Desa Sangiang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima tersebut. Kehadiran mereka membawa misi penting: mengedukasi masyarakat tentang bahaya sampah plastik bagi lingkungan, khususnya laut.

Indo Plastic Free Island merupakan inisiatif yang didirikan oleh Amir, seorang pegiat lingkungan yang terinspirasi dari organisasi nirlaba dunia seperti Plastic Free Island, Plastic Pollution Coalition, dan Drifters Project. Organisasi ini berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap ancaman serius dari sampah plastik, terutama mikroplastik yang kini telah mencemari sebagian besar ekosistem laut.

Dalam kegiatan di Festival Sangiang Api, Indo Plastic Free Island tidak hanya menyampaikan edukasi secara langsung kepada pengunjung, tetapi juga melakukan brand audit—yakni pengidentifikasian jenis dan merek sampah plastik yang paling sering maupun jarang ditemukan dalam radius 10 meter persegi. Mereka juga mencatat keberadaan mikroplastik kasat mata dalam area radius 1 meter persegi, sebagai bentuk pengumpulan data awal tentang tingkat pencemaran di kawasan pesisir Sangiang.

Foto Utama
4 Foto
×
Foto1 Foto1 Foto1 Foto1

Amir saat melakukan brand audit, Sabtu (2/8).

“Proses audit ini memerlukan waktu panjang, karena kita tidak hanya memungut sampah, tetapi juga menganalisis jenisnya, sumbernya, hingga bagaimana siklusnya dalam lingkungan,” ujar Amir di sela kegiatan, Sabtu (2/8/2025).

Ia menambahkan, mikroplastik yang masuk ke laut dapat dimakan oleh ikan dan hewan laut lainnya, lalu masuk ke rantai makanan manusia. “Tanpa kita sadari, kita bisa makan plastik melalui seafood. Itu sangat berbahaya bagi kesehatan,” tegasnya.

Selain itu, Amir juga menyoroti kebiasaan masyarakat maupun pemerintah dalam menangani sampah dengan cara membakar. Meski dianggap solusi cepat untuk menghilangkan sampah plastik, membakar plastik melepaskan zat berbahaya seperti dioksin dan furan yang dapat mencemari udara dan memicu gangguan kesehatan, termasuk kanker.

“Pembakaran sampah plastik memang tampak bersih secara visual, tapi sebenarnya sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Ini adalah solusi terburuk,” ujarnya.

Sebagai solusi sementara, Indo Plastic Free Island mendorong pengelolaan sisa sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang agar setidaknya tidak mencemari lingkungan secara langsung. Edukasi kepada masyarakat tentang pemilahan dan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai juga terus dilakukan sebagai langkah preventif.

Kegiatan ini menjadi salah satu sorotan positif dalam Festival Sangiang Api 2025, dengan harapan masyarakat lokal semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dari ancaman sampah plastik.

(ai/kn) 

Baca Juga
Posting Komentar