80 Tahun Merdeka, NTB Masih Hadapi Tantangan Kemiskinan
![]() |
Lalu Muhamad Iqbal |
Mataram, KabarNTB – Meski Indonesia telah memasuki usia 80 tahun kemerdekaan, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) masih dihadapkan pada tantangan besar, yakni tingginya angka kemiskinan. Berdasarkan data terbaru, NTB masih menempati posisi ke-12 provinsi termiskin di Indonesia.
Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menegaskan bahwa pekerjaan rumah utama pemerintah daerah adalah menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Hal ini ia sampaikan usai memimpin upacara peringatan HUT ke-80 RI di Lapangan Bumi Gora, Kantor Gubernur NTB, Minggu (17/8/2025).
“PR terbesar kita adalah keluar dari daftar provinsi termiskin di Indonesia. Insyaallah tahun 2029 kita bisa capai nol persen kemiskinan ekstrem,” ujar Iqbal optimistis.
Data Kemiskinan NTB 2025
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, jumlah penduduk miskin per Maret 2025 mencapai 11,78 persen atau sekitar 654.570 jiwa. Angka ini menurun dari 11,91 persen pada September 2024 (658.600 jiwa) dan 12,91 persen pada Maret 2024.
Meski terjadi penurunan, laju penurunan kali ini lebih kecil. Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda NTB, Iskandar Zulkarnain, menyebut penurunan sebesar 0,13 persen atau 4.000 jiwa dalam enam bulan terakhir tidak sebesar periode sebelumnya yang mencapai 1 persen.
“Namun capaian ini tetap patut diapresiasi, meski perlu percepatan di tahun-tahun mendatang,” ungkap Iskandar.
Strategi Pemprov NTB Tekan Kemiskinan
Sebagai langkah percepatan, Pemprov NTB akan memaksimalkan program Desa Berdaya dengan fokus pada komponen Desa Tanpa Kemiskinan melalui metode graduasi.
Konsep ini memberi pendampingan intensif kepada warga miskin hingga mereka mampu mandiri secara ekonomi. Program tersebut juga akan menggandeng BRAC Internasional sebagai mitra pendamping di 106 desa miskin ekstrem.
Sebanyak 20 desa di antaranya ditetapkan sebagai Desa Berdaya Transformatif yang dijadikan model percontohan. Masyarakat dengan potensi usaha, seperti beternak, akan mendapatkan bantuan produktif berupa modal ternak serta pelatihan usaha agar mampu menciptakan keuntungan berkelanjutan.
“Target kami, kemiskinan ekstrem yang kini di angka 2,04 persen atau sekitar 119 ribu jiwa bisa ditekan hingga nol persen pada 2029. Sementara itu, kemiskinan umum diharapkan bisa turun di bawah 10 persen,” jelas Iskandar.
(ai/kn)