Jejak Peran Misri Puspita Sari di Balik Kematian Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan

Jejak Peran Misri Puspita Sari di Balik Kematian Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan
Misri Puspita Sari. Foto: Instagram

Mataram, KabarNTB
— Kepolisian telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam kematian tragis Brigadir Nurhadi yang ditemukan meninggal di sebuah vila di Gili Trawangan, Lombok Utara. Salah satu nama yang menarik perhatian publik adalah Misri Puspita Sari, perempuan muda berusia 23 tahun yang ikut berada di lokasi saat peristiwa berdarah itu terjadi.

Ketiga tersangka terdiri dari dua anggota kepolisian, Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, serta Misri Puspita Sari, yang diketahui hadir di vila sebagai teman pesta.

Latar Belakang dan Hubungan dengan Tersangka

Misri, yang berasal dari keluarga sederhana dan merupakan anak sulung dari enam bersaudara, dikabarkan menerima uang sebesar Rp10 juta dari Kompol Yogi sebagai imbalan untuk menemaninya saat liburan di Gili Trawangan. Hal ini disampaikan oleh kuasa hukumnya, Yan Mangandar Putra. Uang tersebut mencakup seluruh biaya perjalanan, penginapan, dan jasa untuk menemani Yogi selama berada di Lombok.

Meski tidak memiliki hubungan dekat sebelumnya, komunikasi antara Misri dan Yogi mulai intens pada pertengahan April 2025, hanya satu hari sebelum kejadian. Pertemuan diatur melalui media sosial dan dilanjutkan ke WhatsApp, hingga akhirnya Misri menerima ajakan Yogi untuk datang ke Lombok.

Situasi di Vila dan Pesta Malam

Setibanya di lokasi, Misri dijemput oleh Brigadir Nurhadi yang diperkenalkan sebagai sopir pribadi Yogi. Di vila tersebut, telah berkumpul beberapa orang lain, termasuk Ipda Haris Chandra bersama seorang perempuan bernama Melanie Putri, yang tidak memiliki ikatan resmi dengan Haris.

Pesta yang berlangsung malam itu melibatkan penggunaan zat-zat terlarang. Menurut pengakuan Misri melalui kuasa hukumnya, seluruh peserta pesta mengonsumsi Riklona dan Inex. Obat penenang dibeli Misri di Bali atas perintah Yogi, sementara Inex dibawa langsung oleh Yogi.

Dalam kondisi tidak sepenuhnya sadar, situasi mulai memanas ketika Brigadir Nurhadi disebut mencoba melakukan pendekatan fisik terhadap Melanie. Hal ini diduga memicu ketegangan yang menjadi awal dari tragedi tersebut.

Detik-Detik Terakhir Korban

Sebuah video berdurasi tujuh detik, yang direkam oleh Misri, memperlihatkan Nurhadi sedang berada di kolam renang beberapa saat sebelum ditemukan tak bernyawa. Video itu menunjukkan korban dalam keadaan santai tanpa tanda-tanda adanya kekerasan. Video ini kemudian dijadikan bukti bahwa korban masih dalam kondisi hidup sekitar pukul 19.55 WITA.

Setelah merekam, Misri sempat membangunkan Yogi, lalu pergi ke kamar mandi. Ia mengaku tidak mengingat jelas kejadian antara pukul 20.00 hingga 21.00 WITA, yang diduga sebagai waktu kritis kematian Nurhadi. Ketika kembali dari kamar mandi, korban telah ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan luka serius dan tulang lidah patah.

Versi Berbeda dari Kuasa Hukum Kompol Yogi

Hijrat Prayitno, yang menjadi pengacara Kompol Yogi, membantah keras tuduhan bahwa kliennya terlibat dalam pembunuhan tersebut. Ia menegaskan bahwa justru Yogi yang pertama kali menyadari korban tenggelam dan langsung memberikan pertolongan awal berupa CPR.

“Yogi yang turun ke kolam, mengangkat korban, dan melakukan resusitasi,” terang Hijrat. Bahkan, menurutnya, saat itu Nurhadi masih menunjukkan tanda-tanda vital dan sempat dibawa ke klinik oleh staf hotel bersama tim medis. Namun nyawanya tak tertolong, dan ia dinyatakan meninggal sekitar pukul 22.15 WITA.

Hijrat juga menyampaikan bahwa Misri adalah orang pertama yang melihat Nurhadi di kolam dan segera membangunkan Yogi. Hal ini menjadi bagian dari versi peristiwa yang berbeda dari narasi yang berkembang sebelumnya.

(ai/kn) 

Baca Juga
Posting Komentar