Ancaman Gempa Besar Mengintai NTB, Mataram Berisiko Tinggi
Ilustrasi
Mataram, KabarNTB — Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berada dalam zona rawan gempa besar akibat potensi aktivitas megathrust, sebuah jenis gempa bumi yang terjadi akibat tumbukan antar lempeng tektonik.
Potensi ini bukan sekadar prediksi tanpa dasar. Sejarah mencatat bahwa wilayah NTB pernah mengalami gempa besar, seperti pada tahun 1977 dengan kekuatan 8,3 magnitudo yang memicu tsunami. Kemudian pada 2018, gempa berkekuatan 7,0 skala Richter mengguncang Lombok dan menyebabkan kerusakan parah.
Para ahli memperkirakan bahwa gempa megathrust yang mungkin terjadi di kawasan ini bisa mencapai kekuatan hingga 8,9 magnitudo. Jika itu terjadi, dampaknya bisa sangat besar, termasuk kemungkinan munculnya tsunami yang mengancam wilayah pesisir.
Kota Mataram diprediksi menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak. Hal ini disebabkan oleh posisi geografis Pulau Lombok yang berada di antara dua lempeng aktif: Lempeng Flores dan Lempeng Indo-Australia. Pergeseran kedua lempeng ini berpotensi memicu gempa tektonik besar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir, untuk meningkatkan kewaspadaan. Sebagai langkah antisipatif, BPBD NTB telah meluncurkan berbagai program edukasi kebencanaan, termasuk sosialisasi mengenai bahaya megathrust.
Pemerintah Provinsi NTB juga mengembangkan program Keluarga Tangguh Bencana (Katana), yang menyasar kelompok rentan dalam keluarga agar lebih siap menghadapi bencana.
Di tingkat kota, Pemerintah Kota Mataram telah membentuk Forum Risiko Bencana (FRB) di delapan kelurahan pesisir. Selain itu, BPBD Kota Mataram berencana membangun delapan menara sistem peringatan dini tsunami (Early Warning System/EWS). Namun, karena keterbatasan anggaran, hanya tiga menara yang dapat direalisasikan tahun ini.
Perlu diketahui bahwa potensi megathrust tidak hanya mengancam NTB, tetapi juga beberapa wilayah lain di Indonesia, termasuk Pulau Jawa. Oleh karena itu, penyebaran informasi dan edukasi kepada masyarakat menjadi sangat penting.
Kepala BPBD Kota Mataram menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap risiko ini. Kurangnya informasi dapat memperbesar dampak bencana. Maka dari itu, upaya penyadaran publik terus digencarkan, terutama bagi warga yang tinggal di kawasan rawan.
(ai/kn)